Finding Enok

EN NL

Menemukan Enok

Sebuah penelusuran sejarah yang tersembunyi
dari sebuah keluarga di hindia belanda

Sebuah karya oleh
Maurice Boyer,
Dorna van Rouveroy van Nieuwaal
&
Iswanto Hartono

Sejarah keluarga kamiDi hindia belanda sejak 1847

Emile Leonardus van Rouveroy van Nieuwaal adalah kakek kami. Ia lahir dan besar di Hindia Belanda dan tinggal di sana sepanjang hidupnya. Ayahnya menjabat sebagai Asisten Residen yang memerintah di Manado. Seperti halnya anak muda pada masa itu, Emile pergi ke Belanda untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi. Ia belajar teologi untuk menjadi seorang pendeta, tetapi kembali ke Hindia Belanda untuk mencari petualangan. Dia saat itu berusia 26 tahun. Di sebuah perkebunan teh bernama Lodaya ia bertemu Enok, seorang gadis pribumi berusia lima belas tahun. Dia menjadi "Nyai", gundiknya. Mereka mendapat seorang anak bernama Nelly, yang lahir pada tahun 1911. Emile mengakuinya 4 tahun kemudian. Dia menikahi Elly Bogaardt dan membesarkan Nelly bersamanya. Enok menghilang dari keluarga bersama dengan ceritanya.

Keluarga kami tinggal dan bekerja di Hindia Belanda selama lebih dari satu abad dan lebih dari sekali anak-anak lahir di luar nikah, dan memiliki warna kulit campuran. Ini kami: pembuat film Dorna van Rouveroy dan fotografer Maurice Boyer. Kami pertama kali bertemu di awal usia dua puluhan dan menemukan banyak kesamaan di latar belakang kami. Kami berdua lahir di Indonesia pada awal-awal tahun 1950an dan pergi ke Belanda tidak lama kemudian. Bahkan banyak anggota keluarga kami memiliki nama yang sama. Kami adalah sepupu tetapi pada masa anak-anak kami belum pernah bertemu. Setelah perang dan ditahan di kamp-kamp sipil Jepang, keluarga kami menyebar ke seluruh dunia. Ibu Maurice dan Ayah saya adalah saudara laki-laki dan perempuan, tetapi mereka memiliki ibu yang berbeda. Kami mempunyai kakek yang sama, tetapi nenek Maurice, Enok, adalah selir kakeknya yang adalah penduduk pribumi. Itu membuat Maurice seorang Indo: berdarah campuran.

Bob Rouveroy adalah ayah saya, saudara tiri Nelly yang merupakan ibu Maurice. Bob beremigrasi ke Kanada, menjadi Juru Kamera dokumenter terkenal dan menularkan kecintaannya pada pembuatan film kepada saya.


Ketertarikan pada warisan dan sejarah keluarga saya mulai menyala pada tahun 2000 ketika saya membuat film dokumenter tentang ayah saya, Hujan di Nagasaki (Rain in Nagasaki), di mana dia menghadapi mantan komandan kamp Jepang tempat dia ditahan saat masih muda. Terinspirasi oleh pengalaman ini saya kemudian membuat banyak film dokumenter tentang era sejarah di Hindia Belanda, pengaruhnya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Salah satunya adalah film pendek berjudul Surat Kepada Kakekku (Letter to My Grandfather), yang saya buat dengan saudara laki-laki Maurice, Luc Boyer. Kisah Menemukan Enok (Finding Enok), Nyai dari Emile, ibu dari Nelly, dimulai dari kakek kami.

Enok-acknowledgment
Akte kelahiran Nelly

Kami berbicara dan berspekulasi selama bertahun-tahun tentang apa yang mungkin terjadi dengan Enok? Kami memutuskan untuk pergi ke Indonesia untuk melihat apakah kami dapat menemukan jejak siapa dia. Dan pengaruh apa yang mungkin dia miliki terhadap kehidupan cucunya Maurice?

Enok-acknowledgment
Bukti pengakuan
Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Kami bertanya kepada Bibi kami Meetje, orang terakhir dari generasinya, tentang Enok dan Ayahnya Emile

NyaiKenapa belanda pergi ke timur

Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC), didirikan di Belanda pada 1602, merupakan perusahaan perdagangan terbesar di dunia pada saat itu. VOC membangun jaringan yang berbeda-beda diantara pos perdagangan di Asia Tenggara. Mereka mengarungi samudera dengan kapal-kapal yang penuh dengan barang-barang. Jan Pieterszoon Coen (8 Januari 1587) adalah Gubernur-Jenderal keempat dan paling terkenal dari pemukiman Perusahaan Hindia Belanda. Metode kolonisasinya kontroversial, terutama karena aksi genosida di Kepulauan Banda yang bertujuan mengamankan monopoli perdagangan pala, bunga pala, dan cengkih.


Pada umumnya laki-laki Eropa menetap di Asia, karena kehidupan di sana dianggap terlalu berat bagi wanita kulit putih. Ini menghasilkan hubungan dengan perempuan pribumi, yang seringkali masih sangat muda. Sistem selir telah ada di Indonesia selama berabad-abad, setidaknya sejak masa Kesultanan (1526 hingga 1813), sehingga tradisi ini diterima sebagai bagian dari budaya Indonesia.

Nyai

Ketika sebuah perpaduan menghasilkan seorang anak yang tidak dilindungi oleh hukum Belanda, seorang selir dapat diberhentikan dan dipaksa untuk meninggalkan anaknya. Seringkali anak-anak ini tidak dikenal baik oleh masyarakat Indonesia maupun Belanda. Menjadi berdarah campuran memiliki statusnya sendiri. Meskipun Nelly secara resmi diakui oleh kakek kami Emile, tampaknya tidak ada seorang pun di keluarga yang mengetahui apa yang terjadi pada ibunya, Enok. Tidakkah mereka bertanya-tanya di mana dia berada, apakah dia ingin melihat anaknya lagi? Hal ini sepertinya adalah hal biasa pada masa itu.


Sebuah buku yang bagus karya Reggie Baay berjudul De njai, menjadi sumber inspirasi yang sangat besar bagi kami. Kisah-kisah emosional yang diceritakannya memberi penjelasan baru tentang nenek moyang perempuan banyak orang Indonesia di Belanda. Pada musim semi tahun 2020 kami melakukan perjalanan ke Indonesia untuk mencari Enok.


Enok berusia 14 atau 15 tahun ketika dia bekerja untuk kakek kami sebagai pengurus rumah tangga. Dan dia menjadi selirnya, Nyai-nya. Meskipun dia masih sangat muda, hal ini bukan hal yang tidak biasa terjadi. Kakek kami tiba di perkebunan N.V. Kina Lodaya untuk bekerja sebagai administrator pada tanggal 5 September 1910. Enok bekerja sebagai pemetik teh. Dia segera hamil dan Nelly lahir pada tanggal 17 Juni 1911. Dalam pencarian kami, kami menemukan seorang penduduk Lodaya yang berusia 100 tahun yang mengaku mengenal Enok.

Di Negeri Belanda, Maurice dan saudaranya Marcel menemukan dokumen penting yang membuktikan bahwa kakek kami pernah tinggal di Lodaya tempat dia bertemu dengan Enok. Menelusuri lebih lanjut di arsip, mereka menemukan dokumentasi lain yang mengungkapkan pencarian pekerjaan oleh Emile, dan perekrutannya di perkebunan teh. Setelah Proyek Film Stichting diberikan pendanaan pada tahun 2018, langkah selanjutnya dalam Pencarian Enok dimulai. Maurice dan Iswanto pergi ke Lodaya. Pria berusia 100 tahun, Aki Endon (Aki dalam Bahasa Sunda berarti Kakek), yang mengatakan dia ingat Enok, memberi tahu mereka bahwa kemungkinan besar dia dimakamkan di pemakaman perkebunan. Mereka berharap menemukan kuburannya, tetapi sayangnya mereka tidak menemukan apapun.

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Di masa lalu dia bekerja sebagai pengawas di perkebunan di Lodaya. Iswanto mewawancarainya, sementara Maurice merekam film adegan tersebut

Apakah identitas itu?Bisakah tes DNA mengungkapkan sesuatu tentang identitas etnis Anda?

Di Belanda, Maurice dianggap sebagai orang Indo, yaitu orang berdarah campuran, orang kulit berwarna. Tapi apa dianggap apakah dia di Indonesia?

Maurice, fotografer, dan Dorna pembuat film, (itu pasti ada dalam gen kami) berangkat ke Indonesia untuk mencari jejak dari kehidupan Enok.

Penasaran tentang pandangan Maurice, kami berbicara dengan sutradara-casting Widhi Utama, yang telah mengerjakan banyak film yang berlatar zaman Kolonial. Saat melakukan casting, ia harus memperhatikan warna: siapa yang dianggap hitam, coklat, kuning, putih, atau campuran di perfilman Indonesia dan bagaimana pandangan penonton terhadap mereka?

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Direktur casting Widhi Utama dengan Maurice Boyer

Maurice bekerja selama bertahun-tahun sebagai fotografer pers untuk surat kabar NRC Handelsblad di Belanda. Foto-fotonya telah dipamerkan dalam berbagai kesempatan dan dia dikenal dengan foto Mandela yang mengunjungi Amsterdam yang menghiasi fasade Rijksmuseum selama berbulan-bulan. Di sini Maurice menghadiri pameran Fotografer Pers Indonesia di Erasmus Huis di Jakarta. Dia dan Iswanto berbicara dengan fotografer pemenang penghargaan kontes tahun 2019, Riska Munawarah.

Maurice dan Iswanto membahas pendekatan seniman visual terhadap subjek Enok. Iswanto, yang merupakan keturunan Tionghoa Indonesia, ingin melukis dengan gambaran Enok sebagaimana penampilannya. Iswanto adalah salah satu arsitek dan seniman Indonesia yang paling produktif. Saat ini ia adalah bagian dari kolektif “ruangrupa”, yang akan menjabat sebagai direktur artistik Documenta tahun 2022 di Kassel, Jerman.

Dia mendekati zaman Kolonial dari perspektif Indonesia, dan dikenal dengan karya seni The Burning Memory of Colonialism, patung lilin Jan Pieterszoon Coen yang dibakar sebagai bagian dari pameran di Oude Kerk di Amsterdam. Iswanto membantu kami dalam perjalanan menemukan Enok. Dalam arti spiritual, dia juga sedang mencari Enok.

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Mengemudi dari Jakarta ke Lodaya

Kami menuju ke perkebunan teh Lodaya, tempat di mana ibu Maurice dikandung. Ia penasaran apakah masih memiliki keluarga di Indonesia. Enok berasal dari Lodaya, dimana dia adalah seorang pemetik teh. Kakek kami Emile bekerja di perkebunan sebagai administrator.

Kepala Dusun Lodaya memilih beberapa orang yang mungkin bersaudara dengan Enok, dan serta merta itu bersaudara juga dengan Maurice. Orang-orang yang dipilih tidak mempunyai hubungan tali saudara satu dengan lainnya, untuk mendapatkan sebanyak mungkin pilihan. DNA mereka diambil untuk dianalisis, tapi butuh waktu berbulan-bulan sebelum kami mendapatkan hasil laboratorium. Kami tidak dapat menghindari perhatian kami kepada salah satu orang yang memiliki warna mata yang sama dengan Maurice.

Setelah kembali ke Belanda, Maurice juga mengambil tes DNA untuk mencari tau apakah dia mempunyai hubungan saudara dengan orang-orang yang kami temui di Lodaya.

Istri baru kakek kami Emile, Elly, adalah wanita yang sangat baik dan perhatian. Anda tidak sering mendengar ini, tetapi Nelly dan Elly sangat menyukai satu sama lain. Dia membesarkan Nelly sebagai putrinya sendiri. Nelly selalu mengingatnya sebagai ibu tiri yang luar biasa. Kami mengunjungi makam nenek saya Elly untuk memberi penghormatan. Dia meninggal di kamp Jepang selama Perang Dunia ke-2 karena kekurangan gizi dan disentri. Maurice juga ingin menghormati kenangan darinya.

PerjalananSebuah pencarian hubungan keluarga di negara asal

Kami mengunjungi beberapa orang yang tinggal bersama keluarganya setelah penyerahan kedaulatan Belanda ke Republik Indonesia Baru pada tahun 1949. Banyak yang memilih menjadi warganegara Indonesia. Tetapi bagi yang tidak memilih menjadi warga negara Indonesia, tanah air mereka, Belanda, tidak menerima mereka sebagai warga negara Belanda. Apakah keturunan kulit putih mereka masih berperan dalam cara mereka memandang identitas mereka? Mungkinkah nenek moyang mereka adalah seorang Nyai? Seperti Enok di keluarga kami.

Jane
Koos
Meiske
Teo
Theresia

Beberapa dari mereka selalu mempertanyakan identitas mereka. Mereka berbicara bahasa Belanda, dan merasa seperti orang Belanda tetapi dikecualikan untuk kembali ke Belanda sebagai negara asal mereka. Beberapa dari mereka masih mempunyai keluarga di sana.

Berbagi sejarah, berbagi DNA. Di Indonesia, orang-orang seperti Jane, Koos, Meiske, Teo, dan Theresia berbagi sejarah 350 tahun yang sama dalam DNA mereka. Dengan tes DNA, ini bisa divisualisasikan. Setiap frame adalah satu orang. DNA kita adalah kode panjang jutaan huruf, terbagi dalam kromosom dengan panjang berbeda. Dalam bingkai, kolom vertikal mewakili kromosom, kromosom 1 di kiri hingga kromosom 22 di kanan, dan diwarnai sesuai asalnya. Asal-usul utama Asia adalah Asia Tenggara (Asia Tenggara, hijau tentara), Asia Timur Laut (Asia Timur Laut, hijau) dan India Selatan (India Selatan, merah). Asal utama Eropa adalah Eropa Timur Laut (Eropa Timur Laut, kuning), Kaukasia (coklat) dan Mediterania (ungu).

Begitu menjengkelkan untuk mencari sesuatu dan tidak dapat menemukannya. Sekarang kami sudah sangat dekat, Maurice ingin tahu lebih banyak tentang neneknya, jenis pekerjaan apa yang dia lakukan, seperti apa penampilannya. . . apa saja. Di masa sekarang ini, hampir setiap orang berfoto berkali-kali sebelum mereka mencapai usia dewasa. Kita meninggalkan gambar seumur hidup, namun tidak ada satu pun jejak Enok. Dia tetap tidak berwajah, seolah-olah dia tidak pernah ada, seolah-olah dia menghilang terlupakan.

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Maurice mengunjungi perkebunan teh

Dahulu dan sekarangTentang raja dan ratu kami, yang datang ke Indonesia pada tahun 2020 untuk Meminta maaf dan pemikiran Bonnie Tryana tentang peristiwa itu

Di tahun 2020, Raja Willem-Alexander dari Belanda dan Ratu Maxima berkunjung ke Indonesia. Raja Belanda menyampaikan permintaan maaf atas tindak kekerasan yang dilakukan di Indonesia selama intervensi militer (tindakan polisi) dari 1945-1949. Dia berkata kepada Presiden Indonesia Widodo: Untuk tindakan kekerasan oleh pihak Belanda pada tahun-tahun itu, sekarang saya ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf saya di sini, menyusul pernyataan sebelumnya oleh pemerintah saya. Kami bertanya kepada Bonnie Tryanan, sejarawan Indonesia, di sini dengan lukisan Soekarno, atau “Bung Karno”, tentang isyarat penting sejarah ini.

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Bahkan beberapa dekade setelah perang, emosi masih sering kali memuncak

Perempuan masa kini?

Indonesia meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak pada tahun 1990, yang menetapkan usia minimum untuk menikah adalah 18 tahun, dan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) pada tahun 1984, yang mewajibkan negara untuk memastikan kebebasan dan kebebasan penuh persetujuan untuk menikah. Namun, sekitar separuh dari seluruh anak gadis Indonesia yang berusia 11 tahun ke bawah telah menjalani semacam bentuk sunat yang digunakan untuk mengendalikan seksualitas perempuan dan dianggap sebagai tanda kesiapan untuk menikah. Pada tahun 2013 Indonesia telah berkomitmen pada Deklarasi ASEAN tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan Kekerasan terhadap Anak, yang mengakui pentingnya penguatan upaya ASEAN untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, termasuk pernikahan dini. Perlahan tapi pasti banyak hal berubah untuk menjadi lebih baik.

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Gadis-gadis menampilkan tarian tradisional Sunda


Dan inilah dua wanita kenamaan Indonesia. Di sebelah kiri, Rosa (Rosalina Poppeck lebih dikenal dengan Rose Pandanwangi) dan di sebelah kanan, Rima Melati (lahir sebagai Marjolien Tambayong). Rose, penyanyi terkenal, soprano yang belajar musik klasik di Belanda, keturunan Jerman dan Indonesia, masih tampil. Ia menikah dengan pelukis legendaris Indonesia, Sudjojono. Dia adalah penyanyi seriosa Indonesia pertama yang tampil di kancah internasional. Rima adalah seorang penyanyi dan aktris dan tampil di hampir seratus film. Dia telah menerima banyak penghargaan internasional. Ayahnya orang Belanda dan dia menjalin hubungan dengan negeri Belanda. Dia berakting dalam beberapa serial TV dan memerankan Ny. Slotering dalam film tahun 1976 berjudul Max Havelaar. Kedua wanita ini sangat disayangi dan disanjung oleh masyarakat Indonesia.

Hitam atau putih?Ketika Anda berkulit hitam atau coklat dalam masyarakat kulit putih, apakah Anda dianggap berbeda?
Atau apa yang terjadi jika Anda memiliki kulit yang lebih cerah di masyarakat yang sebagian besar berkulit hitam atau cokelat?
Apakah reaksi orang terhadap Anda berbeda?
Dapatkah Anda menggunakannya untuk menguntungkan Anda, atau apakah itu merugikan Anda?

Apa yang terjadi pada orang yang menetap di Indonesia?

Maude dan saudara laki-laki Robbie Görlitz tinggal menetap di Indonesia. Mereka masih berhubungan dengan keluarganya yang kembali ke Belanda. Sepupu Maarten Fornerod adalah ahli biologi sel dan profesor di Erasmus MC. Dia tinggal di Haarlem bersama istri Judith dan anak-anak mereka. Dia bekerja dengan kami dalam penyelidikan DNA kami. Apa yang terjadi dengan "warna" saat dicampur? Putra Maarten berambut merah; anak-anak Robbie terlihat seperti orang Indonesia.

Maarten dan Maude, yang merupakan sepupu, berbagi riwayat keluarga dan DNA yang sama. Maarten juga seorang Indo. Bagan berwarna ini mencerminkan riwayat yang sama, karena kelompok etnis yang berbeda memiliki variasi DNA yang berbeda. Namun, bagan itu tidak menunjukkan identitas etnis yang didasarkan oleh budaya dan bukan dalam DNA. Maurice memotret anggota keluarga yang terpisah setelah perang dan yang tinggal menetap di Indonesia, serta mereka yang berangkat ke Belanda, karena ia tertarik untuk mengeksplorasi arti penting warna kulit yang terkait dengan budaya di mana masyarakat hidup.

Nelly tidak memiliki ingatan tentang ibunya. Atau dia tidak ingin mengingatnya. Dia berusia 4 tahun ketika dia diakui dan diadopsi. Dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang dalam budaya dan tradisi Barat oleh ayahnya Emile dan ibu tirinya Elly. Setelah tinggal di kamp Jepang selama masa perang, dan keberangkatannya ke Belanda, Nelly bekerja keras untuk mengukir masa depan untuk dirinya dan keluarganya. Anak-anaknya mulai bertanya-tanya tentang asal-usul mereka, tetapi Nelly tidak dapat memberi tahu mereka apa pun tentang ibu kandungnya. Meski tidak ada jejak nyata nenek mereka Enok dalam sejarah keluarga, warisannya terlihat jelas. . . pada putrinya Nelly dan cucu-cucunya.

Iswanto menggunakan teknik pencetakan monotipe untuk menghasilkan kreasi seninya Pencarian Enok. Iswanto berkomentar tentang ini:

"Konsep medium ini sejajar dengan kenangan tentang Enok, yang akan kita lihat melalui Nelly karena kita tidak pernah mengenal wajahnya.

Karena kami bekerja dengan ide tentang kenangan seseorang [pribadi] dan sejarah kehidupan Enok, saya rasa saya ingin mengurangi interpretasi dan keterlibatan pribadi saya selama proses pembuatan. Saya hanya ingin menunjukkan apa yang tampak di foto aslinya.

Jadi saya mencoba untuk menangkap kembali kenangan Enok melalui Nelly berdasarkan kejadian hidupnya yang telah ditangkap oleh fotografi."

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Iswanto sedang mengerjakan portraitnya tentang Enok/Nelly

Family Boyer

Keluarga Boyer: Ibu Nelly van Rouveroy van Nieuwaal dan Ayah Boyer membesarkan delapan anaknya di Hindia Belanda, Indonesia, dan Belanda. Mereka dinamakan: Renée, Hélène, Luc, Charles, Gonny, Marcel, Maurice and Marianne.


Maurice dan saudara-saudaranya serta keturunan mereka terhubung dengan Enok melalui Nelly. Nyatanya, Enok belum menghilang tanpa jejak. Dia hadir dalam gambar putrinya, di wajah anak-anak dan cucu-cucunya. Kami menghormati kenang-kenangan Enok, ibu dari Nelly, wanita yang menghubungkan Timur ke Barat.

Sebuah kecocokan! Kami menemukan kecocokan DNA antara Hélène, saudara perempuan Maurice, dan salah satu penduduk desa. Bagian DNA pada tiga kromosom cocok. Banyaknya DNA yang dibagikan menunjukkan bahwa kami telah menemukan sepupu jauh di desa Enok. Dengan ini, kami merasa bahwa kami telah menemukan jejak kecil Enok di Lodaya. Garis keturunan perempuan dapat dilacak melalui lingkaran DNA kecil yang hanya diturunkan dari ibu ke anak; bukan dari ayah ke anak. Lingkaran ini disebut DNA mitochondrial (mtDNA), dan dapat digunakan untuk melacak garis keturunan perempuan seseorang selama ratusan bahkan ribuan tahun. Kami menguji mtDNA saudara perempuan Maurice Hélène (F1a1a1), dan ini secara konsisten menyimpulkan bahwa ibunya Nelly dan neneknya Enok, serta banyak leluhur yang tidak disebutkan namanya dalam garis keturunan perempuan mereka.

Sangat menarik bahwa nenek moyang Asia kita dapat dilacak dengan jelas melalui garis keturunan perempuan. Nenek moyang kita sangat penting jika kita ingin mencari asal mula DNA Asia kita, sehingga kita tahu siapa kita, apa yang mengikat kita dan apa yang kita bagi satu sama lain. Ini mungkin penemuan terbaik dari perjalanan kita dan proyek: Menemukan Enok.

Browser Anda tidak mendukung pemutaran video.

Maurice berbicara tentang perjalanannya dengan putrinya Isabella